PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Bag. 2 (makalah lengkap)

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Bag. 2
      Metode dan model pembelajaran sangat banyak, dan terus berkembang seiring perkembangan zaman, Makalah ini membahas dan mengupas metode dan model pembelajaran berbasis masalah, pada bagian dua ini membahas perencanaan, pelaksanaan, sampai assesmen dan evaluasi pembelajaran berbasis masalah, serta kelebihan dan kelemahan Pembelajaran berbasis masalah.
G.    Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Tentukan sasaran dan tujuan
Dalam perencanaan pembelajaran berbasis masalah, penentuan tujuan menjadi hal yang spesifik dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut juga dilakukan dalam pembelajaran berbasis masalah yang sangat memerlukan penentuan sasaran dan tujuan dengan jelas.
Hal ini terjadi karena pembelajaran berbasis masalah memungkinkan terjadi beragamnya aktivitas belajar didalamnya. Jika guru dan siswa tidak mengenal betul tujuannya maka kemungkinan terjadi kesalahan dan ketidak tercapaian tujuan menjadi besar.


2.      Desain situasi masalah yang sesuai
Masalah yang ditentukan perlu didasain berdasarkan berbagai dinamika yang dimiliki dan terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal tentang hal ini yakni:
·         Otentik
Masalah benar-benar berada dalam ruang lingkup dan berada disekitar kehidupan belajar anak
·         Masalah yang problematik
Masalah yang akan dibahas benar-benar mengandung masalah yang problematik dan dirasakan perlu pemecahannya
·         Masalah tersebut dipahami dan sesuai dengan tingkat intelektual siswa
Masalah tersebut berada dalam jangkauan akademik dan ragam kekayaan intelektual yang dimiliki siswa dan kelompoknya
·         Masalah cukup luas untuk mampu mencapai tujuan namun tetap terbatas pada waktu, ruang dan sumber daya.
Masalah yang dibahas mampu berada dalang genggaman penyelesaian siswa. Dalam arti bukan menanti pengaruh dan campur tangan orang lain dalam memecahkan masalahnya, namun keterlibatan orang lain dapat dilakukan sebatas bukan dalam hal pemecahan masalah
·         Masalah harus memberi manfaat
Hasil belajar yang ditekankan berupa prose pemecahan masalah dan hasil pemecahan masalah (product) tentu harus memberikan manfaat langsung siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran namun selain itu diharapkan juga memberikan dampak pengiring untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa.
3.      Organisir sumber daya dan susun bahan (logistik) yang dibutuhkan
Pemecahan masalah yang dilakukan tentu memerlukan dukungan baik berupa sumber daya maupun logistik oleh karena itu ketersediaan, kemudahan dan segala akses yang berkaitan dengan hal tersebut perlu diorganisir dengan baik.
H.    Mekanisme / Prosedur / Sintaks
Tahap
Langkah
Aktivitas Pembelajar
1
Mengorientasikan siswa pada masalah yang akan dihadapi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menguraikan bahan-bahan (logistik) yang diperlukan, dan memotivasi siswa untuk terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya.
2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefisnisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah yang dipelajari
3
Membantu penyelidikan individu dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan percobaan dan mencari penjelasan untuk mendapatkan solusi
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan karya yang sesuai dengan laporan, video dan model dan membantu siswa untuk berbagi informasi atas pekerjaannya dengan teman yang lain
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atas investigasi dan proses yang telah mereka lakukan

I.       Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Mengorientasikan siswa pada masalah.
Sebagaimana latar belakang dilakukannya pembelajaran berbasis masalah, maka kegiatan pembelajaran ini diawali dengan mengorientasikan siswa pada masalah yang akan dipecahkan dalam pembelajaran tersebut. Mengorientasikan masalah ini termasuk didalamnya adalah penyampaian tujuan belajar yang hendak dicapai, serta segala aktifitas yang akan dilalui dan sikap mental yang dipelukan untuk melaksanakan pembelajaran ini. Orientasi masalah ini diakhir oleh perumusan masalah yang ditemukan dan ditentukan sendiri oleh siswa, sehingga ia mengenal dengan benar perjalanan intelektual yang akan dilalui. Pengenalan ini menjadi penting sebab akan menjadikannya motif untuk bertindak lebih aktif dan arif.
2.      Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Pemecahan masalah yang dilakukan menuntut aktivitas belajar siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut maka siswa perlu diorganisasi dalam aktivitas belajarnya. Terdapat 2 hal yang perlu diperhatian yakni tentang 1) kelompok belajar, dan 2) merencanakan kerjasama. Pengorganisasian kelompok belajar menyangkut keragaman cara dan gaya belajar siswa dalam kelompok serta dampak sosial dalam kelompok itu sendiri misalnya hal yang berkaitan dengan ras, etnis, jenis kelamin dan faktor dominan. Keberhasilan pengorganisasian belajar ini juga akan membawa pengaruh pada proses dan hasil belajar. Sementara itu kerjasama yang akan dilakukan juga perlu diperhatikan, kegiatan ini untuk menentukan organisasi dalam kelompok tersebut, selain itu juga akan menentukan jaringan kerja dan kolaborasi dalam kelompok.
3.      Membantu investigasi mandiri dan kelompok.
Langkah penting dalam proses pemecahan masalah adalah proses penyelidikan yang dilakukan secara mandiri maupun kelompok untuk itu perlu siswa perlu mendapatkan bantuan dalam melakukannya, minimal dalam hal:
·         Pengumpulan data dan melakukan percobaan
Pemecahan masalah yang akan dilakukan tentu memerlukan data yang akan diperlukan yang selanjut digunakan  dalam melakukan percobaan dalam rangka penyelidikan. Terkadang data yang tersedia tidak mampu ditangkap sebagai data dan memanfaatkannya untuk percobaan.
·         Membuat hipotesis, menjelaskan dan menyajikan solusi
Sebelum percobaan dilakukan, siswa perlu menentukan dugaan sementara terhadap pemecahan masalah yang akan dilakukan. Hal ini penting dilakukan, sebagai pemandu dalam rangka melakukan percobaan. Setelah itu hasil percobaan dan pengujian terhadap dugaaan yang telah dibuatnya perlu dijelaskan dan ditemukan solusinya.
4.      Mengembangkan dan menyajikan karya serta memamerkan.
Hasil penyelidikan yang dilakukan memalui serangkaian percobaan tentu meninggalkan serangkaian bukti jejak yang disebut artefak. Bukti-bukti selama percobaan hingga menghasilkan temuan sebagai upaya pembuktian dugaan perlu dikembangkan dan dikomunikasikan secara terbuka kepada siswa dan kelompok lain dengan tujuan mendapatkan balikan dan yang lebih penting adalah berbagi pengalaman atas petualangan akademik yang telah dilakukan.
5.      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Perolehan selama melakukan pembelajaran berbasis masalah perlu dianalisis dan dievaluasi untuk menentukan kelemahan dan kekuatan serta mengetahui dan mendapatkan informasi balikan terhadap proses yang telah dilakukan.

J.      Menata Lingkungan Belajar
1.      Menghadapi tugas belajar yang beragam
Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dihadapkan pada serangkaian kegiatan yang dipilih dan akan dilakukan siswa dalam proses pemecahan masalah. Olehkarena itu yang akan terjadi adalah dijumpainya beragam alternatif kegiatan proses yang akan dilakukan siswa. Hal ini terjadi berdasarkan kemampuan berfikir, tindakan alternatif, kemampuan dan jangkauan siswa berfikir dan bertindak dalam proses pemecahan masalah.
2.      Menyesuaikan kecepatan penyelesaian masalah yang berbeda
Berdasarkan keragaman tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan tugas, besar terjadi kemungkinan siswa menyelesaikan tugas tidak dalam waktu yang bersama. Namun ini bukan menjadi kendala dalam pembelajaran berbasis masalah. Hasil yang dicapai bukan semata-mata merupakan tujuan yang akan dicapai, namun proses yang dilakukan untuk menemukan pemecahan itu yang penting untuk membangun struktur berfikirnya. Sekelompok / individu siswa yang memilih alternatif kegiatan yang lebih panjang tidak selalu lebih baik atau lebih buruk dari siswa yang lain, sebab pengalaman selama proses pemecahan masalah tentu berbeda.
3.      Memantau dan mengelola kerja siswa
Perbedaan proses pemecahan masalah tentu akan menghasilkan pengalaman dan bukti-bukti intelektual/hasil belajar (artefak) yang berbeda pula. Oleh karena itu selama dalam proses petualangan pembelajarn yang dilakukan perlu dilakukan monitoring dan mengelola kerja siswa. Meskipun hal ini sulit dilakukan mengingat beragamnya aktivitas yang dilakukan, namun hal tersebut menjadi tanggung jawab dalam pelaksanaan pembelajaran ini. Setidaknya pemantauan dan pengelolaan kinerja tersebut dilakukan dalam 3 hal yakni: 1) persyaratan kerja untuk semua individu belajar harus secara jelas telah ditetapkan. 2) proses kerja tetap dalam pantauan untuk mengetahui proses yang terjadi dan memberikannya balikan. 3) agenda kerja berupa rekam jejak proses harus tetap dilakukan.
4.      Mengelola bahan dan peralatan
Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah yang memerlukan proses dalam pemecahan masalah, tentu memerlukan bahan dan peralatan yang mendukung proses tersebut. Oleh karena itu diperlukan perhatian pula terhadap pengelolaan bahan dan alat tersebut. Pengelolaan tersebut meliputi pengorganisasian, penyimpanan dan pendistribusian. Selain guru yang melakukan pengelolaan tersebut, maka dituntut pula kedewasaan dan kematangan para siswa untuk melakukannya. Berdasarkan hal tersebut maka alat dan bahan yang digunakanpun selain ditujuan untuk pemecahan masalah juga hasur mempertimbangkan faktor pemakai dalam hal kesiapan dan kematangannya dalam proses penggunaannya. Penggunaan bahan dan alat yang tidak memperhatikan hal ini, tidak saja gagal dalam mencapai tujuan namun juga akan mencelakakan penggunanya.
5.      Mengatur aktivitas siswa di luar kelas
Proses pemecahan masalah yang dilakukan siswa tidak selalu dapat dilakukan di dalam ruang kelas. Kegiatan itu dapat dilakukan di laboratorium, perpustakaan, kebun dan kolam sekolah dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan pengorganisasian baik dalam perpindahan dari satu tempat ke tempat lain maupun aktivitas yang dilakukan di tempat tersebut. Pengorganisasian tersebut meliputi perilaku siswa dan aktivitas selama proses pemecahan masalah.

K.    Asesmen dan Evaluasi
1.      Mengukur pemahaman
Pembelajaran berbasis masalah berupaya untuk mengembangkan dan mencapai pengetahuan yang bersifat otentik dalam bentuk tujuan dan sasaran belajar. Oleh karena itu asesmen dan evaluasi yang perlu dilakukan adalah pengukuran terhadap pemahaman baik secara proses perolehan pengetahuan tersebut, juga secara objek materi tujuan belajar yang akan dicapai. Pengukuran pemahaman ini meliputi hasil belajar dan proses mendapatkannya.
2.      Menggunakan checklist dan skala penilaian
Sifat aktivitas dalam pembelajaran berbasis masalah ini perlu direkam dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut memungkinkan terjadi jika dilakukan dengan menggunakan checklist yang memantau dan mendapatkan bukti serta mencermati proses aktivitas yang dilakukan. Selain itu skala penilaian terhadap keberhasilan dan mekanisme kerja yang terjadi juga perlu dilakukan.
3.      Mengukur peran dan situasi orang dewasa
Aktivitas penyelidikan yang dilakukan secara mandiri baik oleh perorangan dan kelompok dalam pembelajaran berbasis masalah ini, tentu melibatkan peran dan kemampuan kemandirian sebagai orang dewasa yang memiliki otoritas dan tanggung jawab dalam melakukan aktivitas. Oleh karena itu dalam asesmen dan evaluasi hal ini juga perlu mendapat perhatian untuk mengetahui prosedur dan tahap pemecahan masalah yang dilakukan
4.      Mengukur potensi belajar
Hasil belajar yang merupakan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan harus disertai dengan pencapaian tujuan dalam proses pemecahan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah sebagaimana diuraikan dimuka memerlukan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Kemampuan ini memiliki daya transfer terhadap kemampuan memecahkan masalah lain dalam kehidupan nyata. Daya transfer tersebut yang dikenal sebagai potensi belajar. Peroleh hasil belajar dengan pendekatan ini tentu diharapkan memiliki potensi belajar yang tinggi pula.

L.     Kelebihan pembelajaran berbasis masalah
1.      Memberikan pemahaman materi yang baik bagi siswa
2.      Melatih keterampilan berfikir tingkat tinggi dalam aktivitas belajarnya
3.      Melatih siswa untuk terbiasa melakukan aktivitas berupa proses pemecahan masalah tidak semata-mata product oriented
4.      Meningkatkan ketelitian dalam proses pemecahan masalah
5.      Aktivitas berfikir tingkat tinggi yang dilakukan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah lain (transfer value)
6.      Akibat dari proses belajar yang dilakukan siswa memiliki keberanian untuk menentukan, memilah dan mengambil keputusan (kritis dan analitis)
7.      Mendorong tanggung jawab siswa atas hasil pekerjaannya
8.      Mendorong kemandirian siswa dalam belajar. (mandiri secara individu dan kelompok)
9.      Memberi kesempatan siswa untuk mengaktualisasikan dirinya melalui kegiatan yang dipilih dan dilakukannya
10.  Siswa lebih memahami konsep materi pembelajaran yang dipelajari, sebab mereka terlibat dalam menemukan konsep tersebut.
11.  Belajar dalam kelompok yang dilakukan memberikan pengaruh pada interaksi individu yang saling menguntungkan.
M.   Kelemahan pembelajaran berbasis masalah
1.      Memerlukan waktu yang lebih panjang
2.      Memerlukan bahan dan alat yang lebih
3.      Jika terjadi kesalahan pada salah satu proses dapat menyebabkan penyimpangan hasil dan tujuan.
 ---------------------------------------------------------------------------------


Daftar Pustaka:
Arends, Richard I. (1997). Classroom Instruction and ManagementNew York: Mc Graw Hill
Arends, Richard I. (2004). Learning to TeachNew York: Mc Graw Hill
Ibrahim, Muslimin & Nur, Muhammad. (2000), Pengajaran Berdasarkan MasalahSurabayaUnesa University Press.
Joyce, Bruce, et all. (2000), Models of Teaching sixth editionBoston: Allyn & Bacon
Mustaji, & Sugiarso. (2005). Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik. Surabaya: Unesa University Press.
Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Seels B.B and Richey R.C. (1994). Instructional Technology: The Definition and Domains of the FieldWashington DC: Association for Educational Communications and Technology.
Slavin, R.E. (1997). Educational Psychology Theory and Practice. Five Edition. Boston: Allyn and Bacon

Tan, Oon Seng. (2003). Problem Based Learning InnovationSingapore: Seng Lee Press. 

Related Posts:

0 Response to "PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Bag. 2 (makalah lengkap)"